Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang (Perlawanan Aceh, Singaparna, Indramayu, Blitar(PETA), dan Daerah Lainnya)
Pada awal kedatangannya, Jepang telah berhasil melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia. Apakah kenyataannya seperti itu? Selain mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, Jepang juga melakukan eksploitasi sumber daya manusia. Semua itu demi kepentingan
Jepang dalam Perang Pasifik. Segala bentuk penindasan dan eksploitasi Jepang telah memunculkan reaksi perlawanan dari bangsa Indonesia.
Perjuangan melalui organisasi yang dibentuk Jepang (legal) dan gerakan bawah tanah (ilegal). Meskipun cara yang dilakukan berbeda, cita-cita perjuangan mereka adalah sama, yaitu kemerdekaan Indonesia. Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan damai yang ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Namun, ada juga beberapa tokoh yang bersemboyan ”Cinta kedamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat mewujudkan kemerdekaan.
Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Perlawanan di Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami akibat kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan membangun parit, lapangan terbang, jalan, dan lain-lain. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting adalah penyerangan di Cot Plieng yang terjadi pada tanggal 10 November 1942. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng. Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T. Hamid.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Sebab perlawanan adalah adanya perintah upacara Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit) dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dihukum mati.
3) Perlawanan di Indramayu
Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan. Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melakukan tipu muslihat. Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman. Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.
5) Perjuangan di Daerah-Daerah Lain
Perlawanan terhadap Jepang juga terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Kamu pasti bisa menyebutkan alasan pemberontakan-pemberontakan tersebut. Ya, rakyat Indonesia ingin membebaskan diri dari penindasan bangsa Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Kalimantan, dipimpin oleh Pang Suma. Di Irian Barat, perlawanan dipimpin oleh L. Rumkorem melalui gerakan Koreri di daerah Biak.
Jepang dalam Perang Pasifik. Segala bentuk penindasan dan eksploitasi Jepang telah memunculkan reaksi perlawanan dari bangsa Indonesia.
Perjuangan melalui organisasi yang dibentuk Jepang (legal) dan gerakan bawah tanah (ilegal). Meskipun cara yang dilakukan berbeda, cita-cita perjuangan mereka adalah sama, yaitu kemerdekaan Indonesia. Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan damai yang ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Namun, ada juga beberapa tokoh yang bersemboyan ”Cinta kedamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat mewujudkan kemerdekaan.
Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Perlawanan di Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami akibat kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan membangun parit, lapangan terbang, jalan, dan lain-lain. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting adalah penyerangan di Cot Plieng yang terjadi pada tanggal 10 November 1942. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng. Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T. Hamid.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Sebab perlawanan adalah adanya perintah upacara Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit) dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dihukum mati.
K.H. Zainal Mustofa
Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan. Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melakukan tipu muslihat. Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman. Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.
Sidang pengadilan anggota Peta.
Perlawanan terhadap Jepang juga terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Kamu pasti bisa menyebutkan alasan pemberontakan-pemberontakan tersebut. Ya, rakyat Indonesia ingin membebaskan diri dari penindasan bangsa Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Kalimantan, dipimpin oleh Pang Suma. Di Irian Barat, perlawanan dipimpin oleh L. Rumkorem melalui gerakan Koreri di daerah Biak.
Post a Comment